Jin (
bahasa arab :
جن ) secara harfiah berarti sesuatu yang berkonotasi
"tersembunyi" atau "tidak terlihat". Dalam
Islam dan
mitologi
Arab
pra-Islam, jin adalah salah satu ras mahluk yang tidak terlihat dan diciptakan
dari
api.
Jin dalam Mitologi arab
Dalam anggapan orang-orang sebelum Islam datang,
Jin dianggap sebagai makhluk keramat, yang harus disembah dan dihormati. Orang orang pada masa tersebut
menggambarkannya dalam bentuk patung sesembahan mereka.
Jin dalam Islam
"Dan kami
telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." (QS
Al-Hijr 15:27).
Dalam Islam, makhluk
ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa dan tak bernyawa. Di antara
yang bernyawa adalah jin. Kata jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata
ijtinan, yang berarti istitar (tersembunyi).
Jadi jin menurut
bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus, sedangkan syetan ialah
setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan.
Dinamakan jin, karena ia tersembunyi wujudnya dari
pandangan mata manusia. Itulah sebabnya jin dalam wujud aslinya tidak dapat
dilihat mata manusia. Kalau ada manusia yang dapat melihat jin, maka jin yang
dilihatnya itu adalah jin yang sedang menjelma dalam wujud makhluk yang dapat
dilihat mata manusia biasa.
"Sesungguhnya
ia (jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian (hai manusia) dari suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka." (QS Al-A'raf
7:27).
Tentang asal kejadian jin, Allah menjelaskan,
kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang
sangat panas sesuai dengan ayat tersebut di atas.
Dalam ayat lain Allah
mempertegas:
"Dan Kami telah menciptakan jin
dari nyala api." (QS Ar-Rahman 55:15). Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid dan
Adhdhahak berkata, bahwa yang dimaksud dengan firman Allah: Dari nyala api,
ialah dari api murni.
Dalam riwayat lain
dari Ibnu Abbas: Dari bara api. (Ditemukan dalam Tafsir Ibnu Katsir). Dalilnya
dari hadits riwayat Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
"Malaikat diciptakan dari cahaya,
jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang
disifatkan(diceritakan) kepada kalian." [yaitu dari air spermatozoa] (HR
Muslim di dalam kitab Az-Zuhd dan Ahmad di dalam Al-Musnad).
Bagaimana wujud api
itu, Al-Qur'an tak menjelaskan secara rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan
kepada kita untuk menelitinya secara detail.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Syetan
memperlihatkan wujud (diri)nya ketika aku salat, namun atas pertolongan Allah,
aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku. Kalau bukan karena doa
saudaraku Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia." (HR Bukhari).
Jin memang wujud. Orang Islam wajib percaya akan wujudnya makhluk jin karena
ia disebut di dalam Al Quran. Firman Allah:
Tuhan ada berfirman bahwa alam yang diciptaNya ada dua bentuk. Ada
alam ghaib dan ada alam nyata atau alam syahadah. Alam nyata ialah alam
yang mata lahir dapat nampak. Alam ghaib, mata lahir tidak dapat nampak tetapi
dapat dirasakan oleh hati.
Merasakan wujudnya alam ghaib dengan hati ada dua peringkat. Pertama, terasa akan adanya alam ghaib itu. Yaitu yakin dan percaya tentang alam ghaib
semata-mata berdasarkan rasa saja. Tidaklah sampai dapat melihat seperti mata
lahir . Peringkat kedua ialah hati dapat melihat seperti mana mata lahir
melihat. Bukan sebatas rasa
saja tetapi mata bathin dapat melihat seperti mana mata lahir melihat. Yakni
betul-betul nampak.
Bila dikatakan alam ghaib, ia
tidak termasuk Tuhan. Tuhan juga ghaib tetapi Tuhan bukan alam. Tuhan itu
tersendiri. Maha Suci Tuhan dari menyerupai alam. Alam adalah apa saja selain
Tuhan. Alam adalah ciptaan Tuhan dan dinamakan makhluk. Tuhan itu Pencipta atau
Khaliq. Ghaibnya Tuhan tidak sama dengan ghaibnya alam.
Alam ghaib ini ada beberapa
kategori. Yang tertinggi
ialah alam malaikat. Kedua alam jin dan ketiga alam ruh muqaddasah. Malaikat
diceritakan dalam Quran dan Hadis. Malaikat lebih dahulu diciptakan dari jin.
Ia dijadikan dari cahaya manakala jin dicipta dari api. Oleh itu malaikat lebih
ringan ciptaannya dari jin karena cahaya lebih ringan dari api. Sebab itu juga
bilangan malaikat lebih ramai dari jin. Nisbahnya pada setiap sepuluh malaikat
satu jin. Juga disebabkan malaikat dicipta dari cahaya, perjalanannya lebih
cepat dari jin.
Jin pula lebih dahulu dicipta
dari manusia. Kalau jin dijadikan daripada api, manusia dijadikan daripada
tanah. Sebab itu manusia berbentuk jisim yang pejal, lebih lambat
pergerakannya. Sebab itu juga jin lebih ramai bilangannya daripada manusia.
Nisbahnya setiap sepuluh jin satu manusia. Malaikat lebih ramai dari jin dan
jin pula lebih ramai dari manusia dengan nisbah 10:1 .
Ruh muqaddasah pula sebenarnya adalah manusia. Muqaddasah
itu maksudnya suci. Roh muqaddasah ialah ruh yang suci. Ruh muqaddasah atau ruh
yang suci ini peranannya lebih kuat dari peranan jasad. Ruh muqaddasah ini dia
mutassarif atau aktif, lebih aktif dari fisiknya.
Ruh muqaddasah ini pula, ada ruh
orang yang masih hidup dan ada ruh orang yang sudah mati. Sebab itu, tidak
heran orang yang kasyaf kadang-kadang dapat melihat orang yang masih hidup di
suatu tempat sedangkan fisiknya yang sesungguhnya berada di tempat lain. Ada
juga orang kasyaf yang melihat ruh muqaddasah orang yang sudah mati. Oleh
karena umumnya ruh muqaddasah tidak dapat dilihat oleh mata kasar, maka ia
dikatakan ghaib juga.
Jadi , ruh muqaddasah ini,
walaupun fisik hidup atau mati, ruhnya sangat berperanan. Namun , ruh
muqaddasah orang yang sudah mati lebih berperanan dari ruh muqaddasah orang
yang masih hidup. Ini karena
orang yang masih hidup masih terikat dengan jasad lahir. Kalaupun ruhnya dapat
keluar secara halus, secara mata tidak dapat lihat, dia tetap masih terhubung
dengan jasad lahirnya. Ini tidak berlaku kepada ruh orang yang sudah mati. Itu
sebab ruh muqaddasah orang yang sudah mati lebih laju dan lebih aktif dari ruh
muqaddasah orang yang masih hidup.. Contohnya, kalau ada dua orang wali, yang
kedua-duanya sudah menjadi ruh muqaddasah, kalau seorang masih hidup dan
seorang lagi sudah mati, ruh wali yang sudah mati itu akan lebih berperanan,
lebih aktif dan lebih laju bekerja dari ruh wali yang masih hidup.
Berbalik kepada kisah jin, dia ada
dua peringkat. Ada jin Islam
dan ada jin kafir. Jin ini pula macam manusia juga. Dia ada bermacam-macam
jenis, bangsa dan etnik. Tabiat bangsa dan etnik jin inipun tidak sama di
antara satu dengan lain.
Seperti juga manusia yang banyak
bangsa dan etnik, tabiat dan ragam asli antara etnik tidak sama. Bangsa Cina
dan Melayu ada watak-wataknya yang tersendiri. Orang Putih (Barat) ada wataknya
yang tersendiri pula. Bahkan etnik dalam satu rumpun bangsa pun wataknya tidak
sama. Orang Banjar dan orang Jawa, wataknya berbeza. Malahan orang Melayu yang
berlainan kawasan pun berbeda wataknya. Orang Melayu Johor dan Melayu Kelantan
lain. Mereka ini sedikit-sedikit ada perbedaan watak. Begitu juga jin. Ada yang
kasar dan ada yang lembut sedikit. Ada yang garang dan ada yang sederhana.
Jin itu watak asalnya jahat.
Betapalah jenis yang kasar, dia lagi jahat. Sebab itu dikatakan, sebaik-baik
jin adalah sejahat-jahat manusia. Kalau kita pilih seorang manusia yang paling
jahat, kalau dia jin, dia adalah yang paling baik.
Namun demikian, jahatnya jin itu
ada juga batasnya. Tidak ada jin yang sebegitu jahat sampai mengaku dirinya
Tuhan seperti Firaun dan Namrud. Tidak ada pula jin yang sebegitu baik sampai
mengatasi baiknya Rasulullah dan para Nabi. Para Nabi dan Rasul tidak diangkat
dari kalangan jin. Umumnya jin lebih jahat dari manusia tetapi tidak ada yang
ekstrem jahatnya seperti Firaun dan Namrud dan tidak ada yang ekstrem baiknya
seperti Rasulullah SAW. Hanya manusia yang ada baiknya secara ekstrem dan jahat
secara ekstrem.
Jin ini melihat Iblis dan bergaul
bersama-samanya di alam ghaib. Jin Islam bergaul dengan jin kafir. Mereka makan
bersama, bekerja bersama, berniaga bersama, ada yang menikah antara satu sama
lain, sama-sama duduk dalam satu kantor, sama-sama jadi kerani (clerk) dan
sebaginya. Sebab itu jin Islam lebih banyak dirusakkan oleh jin-jin kafir. Sebab
mereka bergaul bersama dan mereka sama jenis. Mereka mudah terpengaruh.
Macam kita manusia juga, kalau
bergaul dengan bangsa jahat seperti orang Barat dan Yahudi, habislah kita jadi
Barat dan Yahudi. Semuanya dapat bertukar jadi Barat dan Yahudi. Yang tidak
dapat bertukar hanyalah warna kulit dan bentuk hidung. Ini musti buat operasi
pelastik.
Jin kurang berhasil dalam usaha
merosakkan iman manusia berbanding iman sesama jin. Ini karena manusia dan jin
berlainan jenis, dan manusia tidak dapat nampak dan tidak dapat bergaul dengan
mereka. Itupun banyak manusia yang kafir, banyak yang zalim dan yang fasik. Betapalah
kalau jin dan manusia sama-sama dapat bergaul.
Bila jin menjadi kafir, dia
dipanggil syaitan. Syaitan itu maksudnya merasuk. Kerja jin kafir atau syaitan
ialah merasuk dan menyesatkan orang. Jin Islam tidak dapat dikatakan syaitan.
Kehidupan jin betul-betul macam
manusia. Ada kerajaannya, ada masyarakat, ada kantornya, ada mahkamahnya, ada
nikah kahwin. Tempat tinggal jin ajaib dan aneh. Ada yang tinggal di
gunung-gunung, hutan-hutan, laut, kawasan sungai dan hulu-hulu sungai. Ada juga
jenis jin yang bergaul dengan manusia.
Jin yang tinggal di suatu negara,
biasanya ikut bahasa manusia setempat. Kalau di Tanah Arab, jin berbahasa Arab,
kalau di Tanah Melayu, jin berbahasa Melayu. Dia tidak tahu bahasa Arab. Kalau
jin yang duduk di Negara Cina maka bahasanya bahasa Cinalah. Mereka pun belajar
dan berguru dengan manusia.
Rupa asal jin sangat hodoh
(jelek) dan buruk. Ia
menakutkan. Kalau manusia terlihat jin ini hidupnya jadi huru hara dan
ketakutan. Manusia tidak akan aman. Dengan rahmat Tuhan, alam jin dihijab
(ditutup) dari pandangan manusia. Tetapi alam manusia tidak dihijab dari
pandangan jin. Sehodoh-hodoh manusia adalah secantik-cantik jin.
Walaupun rupa asal jin itu jelek
tapi dia dapat menyerupai berbagai rupa. Dia dapat merupa benda seperti kain,
tas, batang kayu, binatang dan juga manusia, tetapi paling banyak dia
menyerupai binatang. Ini termasuklah ular, kala jengking, lipan dan jenis-jenis
binatang lain yang berbisa. Kalau dia menyerupai binatang seperti ini, rupanya
lebih aneh dan lebih hebat dari yang biasa. Kalau dia dibunuh ketika dia sedang
menyerupai binatang , dia akan mati.
Sebab itu Tuhan ajar kita, kalau
jumpa binatang berbisa di tengah jalan atau di dalam rumah, musti berhati-hati.
Jangan langsung bunuh walaupun dalam Islam hukumnya sunat. Usir dua tiga kali
dahulu. Kalau dia tidak lari baru dibunuh. Takut-takut dia adalah jin yang
sedang berubah bentuk. Kalau kita terus bunuh dan dia sebenarnya jin yang
sedang merupa, mungkin keluarganya akan marah dan akan bertindak terhadap kita.
Banyak orang yang dirasuk dan diganggu oleh jin disebabkan mereka ada buat
silap dengan jin. Kalau setelah dihalau dua tiga kali tetap juga tidak pergi
maka jelas itu bukan jin. Dapat kita bunuh.
Ada cerita dalam kitab, seorang
soleh telah membunuh seekor ular. Maka pada malamnya, dia ditangkap dan dibawa
oleh jin ke negeri jin. Di negeri jin itu berjalan hukum Islam. Hakim jin itu
pun Islam. Maka orang soleh dan keluarga jin yang dibunuh oleh orang soleh tadi
dibawa ke mahkamah. Bila perbicaraan bermula maka menangislah keluarga jin
sambil berkata kenapa ahli keluarga mereka dibunuh. Bila hakim jin bertanya
kepada orang soleh tersebut mengapa dia bunuh ular itu, dia menjawab karena
dalam ajaran Islam, sunat hukumnya saya membunuh ular dan binatang-binatang
yang berbisa. Saya buat atas arahan Tuhan dan saya dapat pahala. Yang salah
adalah orang Tuan. Kenapa dia merupa ular. Salah dialah. Saya musti bunuh ular
karena itu sunat hukumnya.
Hakim jin menghukum bahwa yang
salah dalam kes (kasus) ini bukan manusia tetapi pihak jin. Dia batalkan
tuduhan. Hakim arahkan polisi jin supaya mengembalikan orang soleh itu kembali
ke alam manusia. Kalau dia bukan orang soleh dan tidak dapat menjawab sudah
tentu dia kena hukum. Orang soleh itulah yang menulis kisah ini dalam kitab.
Hujah ini hujah yang kuat.
Umur jin sangat lama berbanding
umur manusia yang lebih kurang 63 tahun. Jin dapat hidup sampai 1500 tahun
hingga 2000 tahun. Ada jin yang hidup di zaman Rasulullah SAW yang masih hidup
pada hari ini.
Makanan jin adalah wap (uap) dari
tulang dan tulang sum-sum binatang. Itu sebab dalam syariat Islam makruh kita
memakan tulang dan tulang som-som. Ada lagi cerita tentang jin dalam kitab.
Sesetengah orang soleh dapat menundukkan jin, mengguna dan memperalatkan
mereka. Kita tahu, dalam sejarah, ada sahabat yang hilang unta di padang pasir.
Di padang pasir banyak rijalul ghaib. Mereka berkata; Ya Rijalul ghaib,
kembalikan untaku yang hilang. Maka unta itu dikembalikan. Ini tawassul
namanya.
Pernah Rasulullah SAW
berjalan-jalan dengan beberapa orang sahabat dan singgah di suatu kampung jin. Rasulullah
beritahu para sahabat supaya tunggu dan jangan ikut, sebab dia mahu masuk ke
kampung jin untuk mengajar . Cerita ini masyhur dalam sejarah. Para sahabat
hanya melihat asap. Sebab adakalanya jin menyerupai asap karena dia berasal
dari api. Tetapi Rasulullah melihat betul-betul jin itu dan mengajar mereka
pula.
Ada cerita tentang Nabi Sulaiman
di dalam Quran yang hendak membawa istana Balqis dari Yaman ke Palestin yang
jauhnya beribu-ribu mil. Antara mukjizat Nabi Sulaiman diperintahnya jin untuk
membawa istana tersebut. Jin pun bari tahu dia akan bawa istana itu kepada Nabi
Sulaiman selama mana Nabi Sulaiman berubah tempat. Tidakkah itu hebat.
Namun ada lagi yang lebih hebat.
Seorang wali Allah yang bernama Asif Barhaya yang turut berada dalam majlis itu
berkata saya dapat pindahkan istana Balqis ke hadapan tuan dalam sekelip mata. Maka
tertantang jin. Dia hendak ambil hati Nabi Sulaiman dan hendak tunjuk bahwa dia
gagah. Tetapi ada manusia bertaraf wali yang menantang dia.
Rupanya di sini kalau ruh muqaddasah bekerja, jin pun dapat kalah.
Rasulullah dapat tundukkan jin. Para wali juga dengan
karomah mereka dapat menundukkan jin dengan kekuatan diri mereka sendiri.
Tetapi kalau ada murid yang dapat nampak jin atau dapat gunakan jin, dan
merasakan itu adalah karena berkat gurunya, maka dia akan selamat. Yang tidak
selamat biasanya orang yang kasyaf, nampak jin dan dapat guna jin tapi tidak
ada guru atau ada guru tetapi hatinya telah berubah. Dia rasa bukan berkat
gurunya lagi tetapi dia rasa dirinya sudah jadi wali, sudah ada karomah
sendiri. Itu yang rosak. Orang yang dapat arahkan jin dan nampak jin dengan
berkat gurunya, kalau dia berhadapan dengan jin yang garang sangat atau degil
sangat, maka biasanya ruh muqaddasah gurunya turut hadir atau dia jual nama
gurunya.
Begitulah rahsia jin. Jin ada disebut dalam Quran dan dalam hadis. Siapa
menolak kewujudan jin ertinya dia menolak Quran dan Hadis. Jin macam malaikat
juga. Quran kata ada, adalah. Tetapi aneh, tentang malaikat banyak orang terima
tetapi tentang jin banyak orang tolak. Yang dikatakan orang Bunian, Kuntilanak,
Pelesit, Tuyul, Polong, Langsui, Hantu Raya dan berbagai-bagai lagi itu asalnya
ialah jin. Oleh karena sukunya dan
perangainya tidak sama maka orang bedakan dengan nama-nama yang berlainan.
Adapun orang yang berhubung
dengan jin atas dasar mukjizat dan karomah, maka dia kuat. Jin pun takut dan
hormat pada dia. Orang yang dapat berhubung dengan jin atas dasar berkat tuan
guru, dia tidak dapat sekali-kali terputus dengan gurunya. Orang yang berusaha
untuk berhubung dengan jin, itu dinamakan amalan atau ilmu khadam. Bahaya ilmu
dan amalan khadam ini, dia terpaksa tunduk dengan jin. Jin akan bagi syarat
buat begitu dan buat begini. Kadang-kadang arahan jin itu bertentangan dengan
syariat. Ini yang rusak.
Jin Memiliki jasad atau bentuk tubuh
Jin memiliki
jasad dengan berbagai bentuk. Dalam hadits Abu Tsa’labah radiyallohu anhu, yang
diriwayatkan oleh Ath Thabrani (22/214-215) No. 573, Al Baihaqi dalam “Al Asma
wa Ash Shifat” (827), Al Hakim (2/456) dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
Rahimahullah dalam ta’liqnya terhadap Kitab “Al Misykaat” (4148) dan Syaikh
Kami Al Wadi’i Rahimahullah dalam “Ash Shahiih Al Musnad Mimma Laisa Fii Ash
Shahihain” (1213) bahwa Rasulullah Shallollohu ‘alaihi wasallam, bersabda
:
الْجِنُّ عَلَى ثَلاثَةِ أَصْنَافٍ: صِنْفٌ لَهُمْ أَجْنِحَةٌ يَطِيرُونَ فِي الْهَوَاءِ، وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ، وَصِنْفٌ يَحِلُّونَ وَيَظْعَنُونَ.
” Jin terdiri dari tiga
kelompok; satu kelompok memiliki sayap dan mereka terbang di udara, satu kelompok
berbentuk ular dan satu kelompok tidak menetap dan berpindah-pindah.”
Hadits ini merupakan dalil bahwa
jin memiliki jasad dan tidak mungkin dipahami dari lafazh “satu kelompok
memiliki sayap dan terbang di udara” bahwa jin tidak memiliki jasad karena sayap
itu berjasad dan tidak mungkin sayap itu ada kecuali pada yang berjasad. Para
malaikat pun memiliki sayap. Ada yang memiliki 2, 3, atau 4 sayap dan terbang
ke langit yang tinggi dan dia memiliki jasad. Demikian pula Al Qur’an Al Karim
menunjukkan bahwa jin yang terbang itu berjasad. Rabb kami berfirman
mengabarkan tentang apa yang dikatakan oleh Ifrith kepada Sulaiman
‘alaihissalam
قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
“Berkata Ifrith dari kalangan
jin bahwa saya akan mendatangimu dengannya (dengan membawa singgasana Ratu
Saba) sebelum engkau bangkit dari tempat dudukmu dan sesungguhnya saya kuat
lagi terpercaya.” (QS. An Naml : 39).
Kalau
Ifrith itu tidak memiliki jasad, maka dia tidak akan mampu untuk memikul apa
yang dibawa dan tidak mampu pula untuk menjaganya. Demikian pula jin yang
terbang di udara diciptakan dalam keadaan memiliki jasad yang sebenarnya
berjalan di muka bumi. Jika mereka ingin terbang, maka mereka berubah bentuk
lebih dahulu, kemudian terbanglah mereka. Adapun jin dan setan yang masuk ke
dalam tubuh manusia untuk memberikan waswas dan yang lainnya, mereka berubah
bentuk seperti udara. Perkara ini sudah diketahui dan merupakan dalil bahwa
mereka berjasad.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa
jin itu memiliki jasad dan orang yang berpendapat bahwa mereka seperti udara,
tidak memiliki dalil dari Al Kitab dan As Sunnah. Dalil terkuat yang mereka
jadikan sebagai hujjah adalah riwayat yang datang dari Wahb bin Munabbih
sebagaimana yang disebutkan oleh Asy Syibly dalam kitab “Aakaamu Al Mirjaan fii
Ahkaami Al Jaan” (31) bahwa dia berkata : ” Jin itu berjenis-jenis dan jenis
jin yang asli adalah angin, mereka tidak makan, tidak minum dan tidak
berketurunan. Diantara mereka ada jenis yang makan, minum, berketurunan dan
menikah seperti As Sialy, Al Ghuul, Al Qathrub dan yang semisalnya”.
Jika riwayat tersebut shahih,
maka sudah diketahui bahwa Wahb adalah seorang ahli sejarah dan dia menukilkan
dari kitab ahli kitab, sedangkan kitab ahli kitab itu penuh dengan perubahan
dan pengkaburan (antara yang haq dan yang batil, pen).
Sebagian mereka berdalil bahwa
jin itu seperti udara yaitu angin, dengan sabda Rasulullah Shallollohu ‘alaihi
wasallam :
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ
“Sesungguhnya setan berjalan
dalam tubuh manusia di tempat peredaran darah“.
(HR. Al Bukhari (6219)
dan Muslim (2175) dari hadits Shafiyyah Radhiyallahu ‘anha).
Hadits ini bukan merupakan dalil
bagi orang yang berpendapat demikian karena mereka berjalan di tempat peredaran
darah, bukan karena pada asalnya mereka adalah udara. Akan tetapi, Allah
Subhaanahu wata’ala, memberikan kemampuan kepada mereka untuk berubah bentuk. Oleh
karena itu, pendapat yang mengatakan bahwa jin itu angin dan tidak berjasad,
batil dan sangat jelas kebatilannya karena bertentangan dan bertabrakan dengan
dalil-dalil yang banyak dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih dan telah
diketahui secara pasti dari Islam, ijma, akal dan kenyataan yang kita saksikan.
Berikut ini akan saya
sebutkan dalil-dalil secara global :
1. Jin itu makan dan minum
2. Jin menikah dan berketurunan
3. Jin berbentuk dan berubah
bentuk menjadi bentuk manusia dan hewan
4. Jin melakukan berbagai jenis
pekerjaan seperti bangunan dan pekerjaan-pekerjaan lain seperti mengangkat
beban berat dan yang lainnya
5. Jin merasakan berbagai keadaan
seperti sakit, takut, kuat, lemah, hidup, mati dan yang lainnya
6. Jin dilihat oleh sebagian
makhluk seperti keledai. Rasulullah Shallollohu ‘alaihi wasallam, bersabda :
إذا سمعتم نهيق الحمار فتعوذوا بالله من الشيطان فإنه رأى شيطانا
“Jika kalian mendengar
ringkikan keledai, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari setan karena
sesungguhnya dia melihat setan.” (HR. Al Bukhari : 3303 dan Muslim : 2729).
7. Ketika jin itu mampu untuk
berubah bentuk menjadi bentuk manusia, maka dia mampu menyakiti manusia baik
dengan memukulnya, membunuhnya maupun mencegahnya untuk bergerak dan yang
lainnya.
Pada pasal ini kami telah
memaparkan dalil-dalil dari para ulama dalam berbagai tulisan yang khusus
membahas tentang jin dan setan seperti kitab ” Aakaamu Al Mirjaan fi Ahkaami Al
Jaan” karya Asy Syibly dan “Luqat Al Mirjaan fi Ahkaami Al Jaan” karya As Suyuthi
dan yang lainnya.
Orang-orang yang berpendapat
bahwa jin itu berbentuk angin menganggap bahwa jin itu masuk ke dalam tubuh
manusia dan berjalan di tempat peredaran darahnya, sehingga mereka menyangka
bahwa mereka itu angin. Padahal tidak demikian, karena bisa diambil faedah dari
” berjalannya mereka pada tempat peredaran darah manusia” bahwa Allah
Subhaanahu wata’ala, memberikan kemampuan kepada mereka untuk berubah bentuk
sehingga mereka menjadi udara karena jin yang masuk ke dalam tubuh manusia
mampu untuk membesarkan diri dalam tubuh manusia sampai dia mampu menguasai
seluruh badan manusia.
Berdasarkan penjelasan ini, maka
jelaslah bagi pembaca bahwa kita tidak mungkin mengingkari bahwa jin itu
memiliki jasad.
Jin adalah salah satu mahkluk
ciptaan Allah. Jin adalah anak keturunan iblis. Allah
menciptakannya dari api. Iblis diberi tangguh oleh Allah dengan ia tidak
mati hingga hari kiamat. Berbeda dengan jin, jin akan mati bila Allah telah menghendakinya.
Sebagaimana manusia, jin juga
berkelompok kelompok dan bersuku suku. Ada jin yang berasal dari golongan atas dan ada
yang dari golongan rendahan. Ada jin laki laki dan jin perempuan. Jin juga makan, minum dan
berketurunan.
Tubuh jin sangat ringan.
Allah memberikan kelebihan kepada jin kemampuan mengubah wujud menirukan
mahkluk lain, seperti ular, anjing, tikus dan bahkan bisa menyerupai manusia
kecuali Nabi.
Para jin juga mendapat beban
seperti manusia untuk melaksanakan perintah dan meninggalkan yang Allah
larang. Diantara jin ada yang tinggal di rumah rumah, di jalan jalan,
lubang atau goa. Ada pula yang menghuni rumah kosong. Mereka tidak
diperbolehkan mengganggu manusia. Apabila mereka mengganggu manusia maka
mereka telah berbuat zhalim. Sebagaimana pula manusia dilarang mengganggu
jin.
Contohnya adalah dengan
mengencingi lubang yang dibuat binatang maupun jin, karena lubang itu adalah
tempat tinggal mereka. Oleh karena itu Nabi melarang umatnya kencing di
lubang.
‘Jangan sekali kali slaah
seorang dari kalian kencing di lubang’ (HR An Nasai)
Contoh lainnya adlaah suatu ketika pada masa Nabi ada seorang sahabat yang
baru pulang dari perang. Ketika ia telah sampai di rumahnya ia mendapati
ada seekor ular di dalam rumahnya. Ketika ia melihat ular tsb, ia
langsung membunuhnya. Seketika itu pula sahabat tadi meninggal.
Peristiwa ini disampaikan kepada Nabi, lalu beliau menerangkan bahwa ular
yang di bunuh itu adlah jin yang langsung membalasnya dan bahwasanya ada
sekelompok jin di Madinah yagn telah masuk Islam. Beliau memberikan
aturan kepada umatnya apabila ada ular di dalam rumah hendaknya ular itu di
beri peringatan untuk keluar, dan diberi waktu 3 hari karena bisa jadi ia
adalah jin muslim. Kecuali ular yang memiliki dua garis putih di
punggungnya (dzuthufyatain) dan yang ekornya pendek seperti terpotong (al-abtar),
maka ular ini harus di bunuh dimanapun di jumpai.
Apabila tidak keluar juga setelah hari maka ular itu dibunuh karena ia
adalah jin kafir. Adapun ular yang di luar rumah, maka Nabi memerintahkan
untuk membunuhnya. Demikianlah yang dituntunkan Nabi pada kita dalam
menghadapi mahkluk lain.
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan agama ini sempurna, sehingga
tidak ada lagi aturan bergaul baik dengan sesama manusia maupun mahkluk yang
lain kecuali telah di terangkan. Semoga Allah menjadikan kita hamba
hambaNya yang istiqomah diatas agamaNya hingga meninggal.
Jin dapat
mengubah Bentuk
Setiap makhluk diberi Allah kekhususan atau
keistimewaan tersendiri, di mana salah satu kekhususan jin ialah dapat mengubah
bentuk. Misalnya jin kafir (syetan) pernah menampakkan diri dalam wujud orang
tua kepada kaum
Quraisy
sebanyak dua kali. Pertama, ketika suku Quraisy berkonspirasi untuk membunuh
Nabi
Muhammad SAW
di
Makkah.
Kedua, dalam perang Badr pada tahun kedua Hijriah. (QS
Al-Anfaal
8:48).
Jin
dapat beranak-pinak
Jin beranak-pinak dan berkembang-biak (lihat surat Al-Kahfi, 18:50).
Tentang apakah jin bisa meninggal atau tidak, ada pendapat bahwa jin hanya
berkembang biak, tetapi tidak pernah meninggal. Benar atau tidak, wa Allahu
a'lam. Namun menurut hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, di mana Nabi
Muhammad SAW berdo'a: "Ya Allah, Engkau tidak mati, sedang jin dan manusia
mati..." (HR Bukhari 7383 - Muslim 717).
Habitat
para Jin
Walaupun banyak perbedaan antara manusia dengan
jin, namun persamannya juga ada. Di antaranya sama-sama mendiami bumi. Bahkan
jin telah mendiami bumi sebelum adanya manusia dan kemudian tinggal bersama
manusia itu di rumah manusia, tidur di ranjang dan makan bersama manusia.
Tempat yang paling disenangi jin adalah
WC. Oleh sebab itu
hendaknya kita berdoa waktu masuk WC yang artinya: "Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari (gangguan) setan (jin) laki-laki dan setan (jin)
perempuan." (
HR At-Turmudzi).
Syetan suka berdiam di kubur dan di tempat sampah.
Apa sebabnya, Al-Qur'an
tidak menjelaskan secara rinci. Kuburan dijadikan sebagai tempat bermeditasi
oleh tukang sihir (Paranormal).
Nabi Muhammad SAW
melarang kita tidur menyerupai syetan. Syetan tidur di atas perutnya
(tengkurap) dan bertelanjang. Manusia yang tidur dalam keadaan bertelanjang
menarik perhatian syetan untuk mempermainkan auratnya dan menyebabkan timbulnya
penyakit. Na'uzu billah min zaalik!
Qarin
Yang dimaksud dengan
qarin dalam surat Qaaf 50:27 ialah yang menyertai. Setiap manusia disertai
jin yang selalu memperdayakannya. Allah berfirman, artinya:
“
|
Yang menyertai dia (qarin) berkata pula: 'Ya Tuhan kami, aku
tidak menyesatkan tetapi dialah (manusia) yang berada dalam kesesatan yang
jauh... (QS Qaaf 50:27).
|
”
|
Manusia dan qarinnya itu akan bersama-sama pada
hari berhisab nanti. Dalam sebuah hadits (HR Ahmad) Aisyah ra mengatakan:
Rasulullah
SAW keluar dari rumah pada malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia
kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: "Apakah kamu telah
didatangi syetanmu?" "Apakah syetan bersamaku?" Jawabku.
"Ya, bahkan setiap manusia." Kata Nabi Muhammad SAW. "Termasuk
engkau juga?" Tanyaku lagi. "Betul, tetapi Allah menolongku hingga
aku selamat dari godaannya." Jawab Nabi (HR Ahmad).
Berdasarkan hadits ini, Nabi Muhammad juga
ternyata didampingi qarin. Hanya qarin itu tidak berkutik terhadapnya. Lalu
bagaimana mendeteksi keberadaan jin (misalnya di rumah kita), apa tanda-tanda
seseorang kemasukan jin? Tidak ada cara atau alat yang bisa mendeteksi
keberadaan jin. Sebab jin dalam wujud aslinya merupakan makhluk ghaib yang
tidak mungkin dilihat manusia
“
|
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan
suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. (Al-A'raf 7:27)
|
”
|
Tidak ada manusia yang bisa melihat jin, dan jika
ada manusia yang mengklaim mampu melihat jin, maka orang tersebut sedang
bermasalah. Bisa jadi dia mempunyai jin warisan atau pun jin hasil dia belajar.
Kemampuan ini sebetulnya dalam Islam dilarang untuk dimiliki, dan termasuk
dalam kategori bekerja sama dengan jin yang menyesatkan
“
|
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka
jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin 72:6)
|
”
|
Sesungguhnya, tidak ada cara yang bisa digunakan
untuk mendeteksi keberadaan jin. Jangan meminta bantuan orang yang mempunyai
ilmu terawang. Sebab kalau kita meminta bantuannya, kita berarti telah meminta
bantuan dukun musyrik yang dalam Islam merupakan dosa besar, bahkan bisa
mengeluarkan seseorang dari Islam.
Keberadaan
Jin
Yang bisa diketahui dalam hal ini adalah
tanda-tanda keberadaan jin. Umpamanya, jin yang menampakkan diri pada seseorang
di rumah atau ditempat-tempat tertentu. Atau anggota rumah/kantor yang sering
kehilangan uang sementara menurut perkiraan sangat tidak mungkin ada orang yang
mencuri. Atau orang sering kesurupan kalau memasuki tempat tersebut. Itu adalah
bagian dari indikasi gangguan jin di tempat tersebut.
Jika sudah ada gangguan, maka
Ruqyah Syar'iyyah adalah
solusi islaminya. Ada pun jika tidak ada gangguan di rumah atau di tempat kita,
maka pendeteksian keberadaan jin-jin jahat tak perlu dilakukan.
Demikian juga masalah deteksi jin pada diri
seseorang. Tidak ada orang yang dapat melihat keberadaan jin secara pasti dalam
tubuh seseorang. Kalau ada yang mengaku mampu mendeteksinya secara pasti, maka
orang tersebut juga mempunyai jin yang tidak boleh dimintai bantuan.
Untuk memastikan keberadaan jin yang memasuki tubuh
seseorang adalah juga dengan Ruqyah Syar'iyyah. Yaitu, terapi nabawi berupa
membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan do'a-do'a yang ma'surat. Itulah satu-satunya
cara islami yang diajarkan Islam untuk menangani segala kasus yang berhubungan
dengan jin.
Indikasi orang yang dimasuki jin sebagai berikut:
- Gejala waktu terjaga, di antaranya:
- Badan terasa lemah, loyo, dan tidak ada
gairah hidup.
- Berat dan malas untuk beraktivitas, terutama
untuk beribadah kepada Allah.
- Banyak mengkhayal dan melamun, senyum dan
bicara sendiri.
- Tiba-tiba menangis atau tertawa tanpa sebab.
- Sering merasa ada getaran, hawa dingin, atau
panas, kesemutan, berdebar, takut, panas dalam, mengantuk, pusing, bosan,
malas, gagap, dan sesak napas saat membaca Al-Qur'an.
- Gejala waktu tidur, di
antaranya adalah:
- Banyak tidur dan mengantuk berat, atau sulit
tidur tanpa sebab.
- Sering mengigau dengan kata-kata kotor.
- Melakukan gerakan-gerakan aneh, seperti
mengunyah dengan keras sampai beradu gigi.
- Sering bermimpi buruk dan seram atau
seakan-akan jatuh dari tempat yang tinggi.
- Bermimpi melihat binatang-binatang seperti
ular, kucing, anjing, singa, serigala yang seakan-akan menyerangnya.
- Bermimpi ditemui jin yang mengaku arwah nenek
moyang atau tokoh tertentu.
- Saat tidur merasa seperti ada yang mencekik
lehernya atau menggelitikinya dan menendangnya.